Di Oktober yang Selalu Asing


Empat puluh tiga tahun lalu, pemilik separuh cinta yang jadi alasan "kenapa?" aku diantarkan ke semesta. Tidak pernah berhenti ku kirimkan segala do'a dengan iringan kecewa dan tanda tanya. Masih selalu ada nama itu diantara ragam "semoga" yang berpulang dari bisikan di bumi pada sujud dalamnya.

Apa kabar? Meski sedikit gelap atau terlalu terang, semoga warna langit kita masih pada biru yang sama. Semua pertanyaan ini sudah terlalu lama dibiarkan sendirian, dia butuh teman untuk memperjelas seluruh alasan kepergian itu kau pilihkan.

Masih dan akan terus ada dalam perjalanan panjang yang aku sendiri tidak tau ujungnya seperti apa, bahkan ketika aku ingin berlari sekencang mungkin untuk melewatkanmu. Aku lupa bahwa mau sejauh apapun aku berlari, darah di tubuh ini selalu ikut mengalir didalamnya.

Jika sudah tidak ada apapun lagi yang bisa dikenang, aku masih bisa bercerita bahwa nama ini adalah salah satu yang tersisa tentang sebuah kasih sayang, nama yang akan dikenal banyak manusia dengan hati besarnya yang mendekapku dengan perhatian dan kebaikan.

Kalau kesempatan berupa "kehadiran" tidak bisa kita temukan, karena izin semesta dan pemilik-Nya tidak bisa kita genggam. Aku tetap ingin percaya bahwa semesta lain sudah diciptakan dan disiapkan untuk kita saling menyapa.

Jika kerasnya yang kuhadapi saat ini tidak bisa ku bagikan melalui obrolan, sesak dan sempitnya pengertian dari manusia sekitar, aku tau mereka dihadirkan untuk membentuk pribadiku, karena cara Tuhan terlalu sedikit kalau harus dengan bentakkan darimu.

Diantara manusia-manusia yang hari ini merayakan kelahiran dengan berbagai perasaan, semoga masih ada kamu yang jadi salah satunya. Selamat sampai di 43 tahun, Yah.

Dari aku, sedarahmu yang asing.

Komentar