Padatnya Surabaya masih selalu sama, seperti pertama kali udaranya menyapa. Meski akhir" ini terik mataharinya redup tapi sengatannya masih tetap terasa.
Ternyata diantara jahatnya kota milik orang, masih ada manusia seperti dia. Aku ngga tau kedepan akan seperti apa, tapi sampai hari ini semesta seperti memberi tahu aku bagaimana cara melihatnya.
Dengan apa yang tuhan titipkan untuknya Us, tumpukan ragu yang berputar ini, dia tidak hanya mengajarkan seperti apa cara menghentikannya tapi juga belajar menguraikan itu jadi hal baru yang harus dipercaya.
Us, karena kecewa kemarin, aku tidak tau tinggal seberapa rasa percaya ini tersisa, tapi aku tau mencoba berjalan dengannya tidak pernah sesulit melupakan luka itu.
Bersama harapan yang tidak tau pegangannya akan seerat apa, dengan pondasi yang masih tidak karuan di sana. Tapi karenanya, aku sudah mau berusaha melihat "manusia jahat itu" tanpa perasaan.
Komentar
Posting Komentar