Pekat Kesabaran


Haloo Ref.

Entah kenapa rasanya hambar, semua reda dan pulih yang kamu semogakan itu, tiba-tiba nyata. Tapi ini bukan lagi tentang tidak karuannya lembaran kosong yang kini kita kenal dengan perasaan.

Tapi tentang kakimu yang harus kuat menopang, tentang batinmu yang wajib untuk terus tenang, juga seluruh isi kepalamu yang selayaknya tetap tersusun rapi meski tekanan berusaha membuatnya berantakan.

Refina, demi senyum di sudut bibir wanita itu, lihatlah pekatnya sabar milik dia sudah membawamu jauh lebih cepat untuk sampai di semua persimpangan hidupmu.

Demi dia yang tak pantas untuk di sebutkan itu, kau harus buktikan dengan pencapaian yang barangkali bisa jadi teriakan untuk memintanya pulang.

Serta untuk dirimu sendiri. Aku tau betul sesaknya pikiranmu, tentang kerja yang tak seberapa tapi menyita hampir seluruh waktumu itu, tentang ekspektasi yang sakit jika terus didengar, tantang kecewa dan rasa bersalah yang datang beriringan. Kamu tau Ref, disitulah manusia bernama Ibu, pemilik rumus paling tepat untuk mengajarkan bagaimana caranya bersikap.

Selain Ibu, bahwa semustahil apapun kelihatannya, selalu ada orang yang begitu tulus mempercayai mimpimu.

Komentar