Dua Puluh Dua Beserta Semestanya


Halloo May.

Kadang apa yang jadi keinginan itu bisa saja hanya berumah di angan. 

Dari aku yang terbiasa dengan kehilangan ini, mau bilang makasih atas kesempatannya bertemu dengan hari-hari di dalam dirimu.

Yang datang dan pergi, yang mampir cuma buat mengisi lembaran hidup yang belum bisa ku beri nama apapun ini, klimaks dari cerita ini berujung pada kesabaran yang entah berapa kali ku titipkan di chapter" kemarin. Apa itu tidak cukup? 

Aku sudah terbiasa dengan kehilangan yang sering mereka hadiahkan ini, May. Bisa tidak? Aku pengennya sudah, jangan buat aku membiasakan diri untuk terbiasa dengan kepergian, karena selain kejutan bernama kecewa, kepergian juga menghadiahkan banyak tanya.

May : "hai, udah, jangan mikir aneh-aneh ya, dunia senang ada kamu di dalamnya!"

26 : "semoga benar begitu -_-"

May : "terutama aku, aku senang dengan apa saja yang membuat kita dekat, apa perlu kita buat dunia baru sendiri saja? Eh kan sudah, ini semesta kita, hanya kamu yang bisa menuliskannya, anything tentang bagaimana rasanya menjadi kamu, tentang rumitnya menyederhanakan masalahmu hanya untuk bisa didengar manusia lainnya, ya.. di sini, cuma di semesta kita ini!"

26 : "yang isinya aku dan kamu, May."

May : "kamu tau tidak? Semesta kita ini bisa membuat rindu yang di sisakan oleh kepergian itu jadi semakin dekat, lewat tulisan-tulisan mu, jadi jangan berhenti untuk menulisnya ya!"

26 : "aku takut May, aku takut sebab jarak terjauh itu bisa jadi yang jangkauannya paling dekat."

May : "sembilan belas tahun, aku salut dengan tegasnya lirih tawamu selama itu, ada banyak tumpukan rindu yang kalau diuraikan, pasti bulan-bulan lain akan kesusahan."

26 : "aku cuma butuh semesta yang kita bangun untuk bisa menata dengan sempurna May, tentu juga pada sujud panjang dihadapan-Nya."


Bjn, sisa-sisa dua satu.

Komentar