Sudahlah, menginjakkan kaki ke tempatmu berada sekalipun, jika
tidak disertai ketulusan hatimu, maka selamanya jarak itu akan
terbentang. Jika pulang yang saya harapkan terlalu berlebihan, maka cukup
dengan 24 jam dari harimu yang terlewati, setidaknya ada sedetik waktu yang
membawamu pulang, meski tidak dengan wujud rumah sebagai tempat pulang, tapi
saya ingin kau pulang ke ruang terdalam pada hatimu. Hingga kau temukan saya
disana!.
Tidak perlu kau sapa, cukup pastikan bahwa saya masih ada,
mengisi separuh dari masa hidupmu. Kalaupun pulang seperti itu masih terlalu berat
bagimu, maka cukup pulanglah ke rumah yang itu tidak berbentuk raga, pulang yang saya mau yaitu dalam bentuk do’a, do’amu dan do’a saya yang saling
bertaut dan bersahut di langit-Nya.
Cukup yakinkan saya bahwa peduli tidak selalu tentang
membersamai, yakinkan saya bahwa bentuk “sayang” itu beragam, sehingga saling
medo’akan dari kejauhan juga bagian dari kasihsayang.
Saya hanya bisa menyerahkan ini pada-Nya selayaknya do’a-do’a yang telah mengudara dan didengar semsesta, yang akan pulang ke dekapan-Nya. Maka saya juga mengikhlaskanmu bersama deretan pinta, dengan ujung yang tidak pernah bisa dikira-kira. Tapi semoga kau tidak pernah salah memilih jalan pulang untuk bersimpuh dihadapan-Nya.
Oh ya, baru saja kemarin 12 November 2022, baik-baik kau disana :')
Komentar
Posting Komentar