Ku
pikir sendu itu membuat ruangmu penuh, kecewa yang seharusnya tak perlu kau
hadirkan itu ternyata masih tersimpan rapi di sana. Yah, mungkin karena luasnya
Surabaya tidak pernah cukup untuk membantumu melupa. But, it’s okay kau mampu
menetralkan segalanya, bahkan kau tetap bisa tersenyum meski kau tau itu hanya
pura-pura.
Yang
kau takutkan tiba, tapi kau terlalu hebat untuk melewatinya, menghidrup udara
setempat dengannya, dekat tanpa sekat, namun sebenarnya dia begitu jauh, sejauh
riwayat obrolan terakhir di Whatsapp kalian. Aku tau, mungkin baru beberapa
pekan lalu dia menyapamu, tapi bukan obrolan seperti itu yang ku maksud.
Sudahlah, lagipula bukankah ini yang kau mau? Kata sahabat dan teman dekat yang
memang layak menamai hubungan kalian.
Huh.. Kamu ini aneh! Tapi aku
percaya kamu, percaya bahwa yang kau pilih sejak 7 tahun lalu adalah luka yang
berhasil tumbuh bersamamu.
Jangan bahas itu disini! Kau selalu bersembunyi dibalik
kata “Jangan Menunggu!” masih selalu itu. Naif sekali jika kenyataannya kamu
memilih rumah yang lain. Astaga, ku boleh bilang bahwa kamu jahat? Tidak, semuanya
berhak dan aku tau kau punya alasan untuk itu, kau sadar ini bukan sesuatu yang
menyenangkan, maka kau tak ingin mereka merasakannya, terlebih kau yang jadi
penyebabnya.
Harapanku masih sama, dia manusia
terakhir yang membuatmu seperti ini! :")
Komentar
Posting Komentar