Soal Aku, Kamu atau Kita?


Sejak hari itu, aku tidak berani lagi berandai-andai lebih jauh tentang mu, aku takut jika pada akhirnya hanya ada kecewa yang membekas dalam cerita kita. Aku takut jika kenyataan nya justru akan menambah luka yang semakin menyiksa rasa.

**

Tapi, sampai detik ini pun aku tidak berhasil menghapusmu dari planning ku, entah ada apa dengan otakku ini, yang ketika menuliskan target, selalu ada kamu di bagian masa depan itu, meskipun aku tau! Kamu sedang sibuk menciptakan kenangan baru bersama orang lain dihidupmu, dan jelas orang itu bukan aku.

**

Setiap kali aku mengulik segala informasi yang kamu bagikan di media sosial mu, aku selalu ingin! Aku lah orang yang menjadi topik pembahasan mu itu, akulah orang yang selalu kau rindu di sela kesibukanmu, akulah orang yang kau tunggu untuk menenangkan segala sulit mu.

**

Apalah dayaku, yang hanyut dalam imajinasi semu, yang hanya bisa ikut beku dalam suasana dingin yang menyerbu, tanpa ada keberanian aku terus membisu. Aku tidak punya hak untuk mencampuri hidupmu, aku lebih memilih sendiri bersama ilusi tentang mu, daripada harus menampakkan diri dan terang-terangan mengakui, bahwa selama ini, rasaku lebih dari sekedar mengagumi.

**

Jika ku lakukan itu, aku takut, pengakuan ku akan menggariskan jarak dan celah di hubungan baik kita, dan aku tidak mau hal itu terjadi. Sebab itu aku mengizinkan hasrat ini untuk tetap menetap di hati, biar semua selalu nampak baik-baik saja, walaupun pada akhirnya, aku harus bersandiwara seperti tidak terjadi apa-apa.

**

Sudahlah, ternyata ini hanya soal aku yang mulai lupa dengan batasan itu, ini hanya tentang aku yang tidak mampu menyadarkan diri, karena sebaiknya kita harus jalani ini dengan biasa saja, aku akan tetap seperti aku saat pertama kali kita bertemu, saat sebelum rasa itu ada dan membuatnya berbeda. Karena dengan begitu setidaknya aku selalu bisa dekat dengan hidupmu, meskipun batasan itu selalu memperjelas, bahwa kita hanyalah teman yang saling memperdulikan.

**

Siapapun yang saat ini sedang atau sudah kau dapatkan, dan yang selalu menjadi inspirasi kata di setiap ceritamu. Kita memang tidak akan tau, dimanakah takdir meminta hati kita untuk berhenti dan menjatuhkan pilihan, tapi semoga dialah orang yang berhasil membahagiakan dan berhak kau bahagiakan.


Curhatan ini penulis khususkan untuk siapapun yang memilih bertahan di zona pertemanan. Selamat merasakan:)


Semoga selalu diberi kekuatan dalam memperjuangkan.

See you next part ya.... 

Komentar

Posting Komentar