Pandemi, Negeri dan Diri Sendiri


Percaya atau tidak percaya, manakah diantarnya yang lebih meyakinkan? melihat fakta yang ada, kebijakan yang dibuat oleh nya tak bisa membendung jumlah penyebaran disekitar kita. 
Ini bukan waktunya bercanda, dan bukan juga waktunya tertawa, gerak-gerik kita seolah dipantau olehnya, akan tetapi pandemi ini tak kasat mata. Di hadapan kita, dan berbagai media lainnya terlihat nyata, bagaimana mereka mengusahakan yang terbaik demi negeri tercinta. 

Kita tidak pernah tau, dibalik simpati itu, dibalik empati itu dan di balik semua upaya itu, apakah murni karena pendemi? Atau hanya sebagai ladang keuntungan salah satu pihak itu sendiri? 

Begitu banyak kebijakan yang diambil saat rakyat lengah, sempat-sempat nya memutuskan perkara yang tak sesuai kadarnya, dan ini merupakan cela yang nyata, dimana mereka memanfaatkan kesempatan yang ada. 

Dapur pemerintahan tak selalu bersih seperti yang ditampakkan, ada banyak kotoran, sisa makanan dan wadah yang berantakan, tapi kita hanya bisa melihat, merasakan dan menerima makanan yang dihidangkan, dikemas semenarik mungkin agar kita bisa menikmatinya. 

Pro kontra tak pernah lelah dalam menghiasi hidangan itu, terserah! kita memilih berada di barisan yang mana. Tapi ingatlah! rasa nasionalisme tidak diukur dengan setuju atau tidaknya kita dengan pemerintah yang bertahta. 

Aku, pihak yang kontra pada setiap kebijakan yang diambil dibawah pemerintahannya. Jelas, memang aku tidak tau apa-apa, tidak faham dengan rumus hukum dan permainan politik yang begitu rumit. Aku juga bukan siapa-siapa, salahkan saja aku! yang terang-terangan mengatakan ini, padahal aku tidak punya cara dan aku tidak mampu melakukanya, bahkan untuk berteriak mengkritiknya saja aku tidak punya daya.

Aku peduli dengan negeri ini, tapi aku lebih dulu sadar, bahwa saat ini keluargaku adalah miniatur negara yang harus ku pimpin untuk hidup sejahtera, bukan seperti mereka, yang berani dan pandai mengkritisi habis-habisan pemerintah yang duduk dengan nyaman di singgasana nya. 

Meski sikapku ini terkesan egois. Hanya lewat do'a, aku tidak pernah berhenti, membantu kalian yang terus menjunjung tinggi keadilan. 

Pandemi ini bisa jadi adalah ujian untuk kita, makhluk dunia, rakyat sebuah negara, dan anggota setiap keluarga. Bagaiamana kita memilih untuk berusaha atau pasrah sepenuhnya, memilih untuk patuh atau malah acuh, dan memilih optimis atau pesimis. 

Bisa jadi pula ini adalah cara-Nya untuk mengetahui sampai mana batas kepercayaan kita. Karena semua masalah yang terasa rumit bagi kita, sesungguhnya semua jawaban sudah ada digenggaman-Nya.

Pandemi ini, seperti apapun penilaian setiap umat manusia terhadap nya, seperti apapun kebijakan negara dalam menekannya, dan seperti apapun usaha dunia meredakannya, tergantung bagaimana kita menyikapinya. Ikhtiar dan do'a, bukan berarti pasrah itu mengikuti terus alurnya, tapi juga meminimalisir kemungkinan terburuknya. 

Jika ada yang memilih di barisan seperti ku, diam dan hanya melihat kesibukan nya dalam memimpin negara, mengusahakan terbaik demi kenyamanannya rakyat nya, dan menghimbau untuk terus menjaga diri dari paparan virus ini. 

Hargai meski tidak sesuai dengan hati! Karena kita tidak pernah tau susah atau mudah dalam mempertimbangkan semua hal yang menyangkut nama negara. Karena tidak semua kebijakannya buruk, cobalah sedikit melihat dari sisi yang berbeda, masih ada hal baik yang pernah ditorehkan olehnya. Aku tau ini berat, tapi semoga Allah meringankan nya untuk kita. 

Dan untuk mereka yang dengan lantang menuntut haknya dalam berdemokrasi, aku bangga!


📷 : Me, rfn_ed

Komentar